Kamis, 08 Juli 2010

Prospek Pengembangan Tanaman Teh


PROSPEK PENGEMBANGAN 
TANAMAN TEH (Camellia sinensis)
Tanaman teh merupakan tumbuhan berdaun hijau yang termasuk dalam keluarga Camellia yang berasal dari Cina, Tibet dan India bagian Utara. Ada dua varietas utama tanaman teh. Varietas berdaun kecil, dikenal sebagai Camellia sinensis, yang tumbuh dengan baik di daerah pegunungan tinggi berhawa dingin di Cina tengah dan Jepang. Varietas berdaun lebar, dikenal sebagai Camellia assamica, yang tumbuh paling baik di daerah beriklim tropis yang lembab, di India bagian utara dan Szechuan dan propinsi Yunnan di Cina. Tanaman teh mempunyai daun berwarna hijau gelap, mengkilap, berukuran kecil, dan berbunga putih.
Teh mengandung sejenis antioksidan yang bernama katekin. Pada daun teh segar, kadar katekin bisa mencapai 30% dari berat kering. Teh hijau mengandung katekin yang tinggi, sedangkan teh hitam mengandung lebih sedikit katekin karena katekin hilang dalam proses oksidasi. Teh juga mengandung kafein (sekitar 3% dari berat kering atau sekitar 40 mg per cangkir), teofilin dan teobromin dalam jumlah sedikit.
Tanaman teh yang telah dipanen akan diolah menjadi minuman teh. Pengolahan daun teh sering disebut sebagai "fermentasi" walaupun sebenarnya penggunaan istilah ini tidak tepat. Pemrosesan teh tidak menggunakan ragi dan tidak ada etanol yang dihasilkan seperti layaknya proses fermentasi yang sebenarnya. Pengolahan teh yang tidak benar memang bisa menyebabkan teh ditumbuhi jamur yang mengakibatkan terjadinya proses fermentasi. Teh yang sudah mengalami fermentasi dengan jamur harus dibuang, karena mengandung unsur racun dan unsur bersifat karsinogenik
Berdasarkan proses pengolahannya teh dibedakan menjadi beberapa jenis diantaranya teh hijau, teh hitam, teh olong dan teh wangi. Selain untuk diproduksi menjadi jenis-jenis teh tersebut, teh juga mempunyai potensi lain yang sangat bermanfaat diantaranya:
1. Teh Sebagai Minuman Fungsional
Senyawa utama yang dikandung teh adalah katekin, yaitu suatu kerabat tanin terkondensasi yang juga akrab disebut polifenol karena banyaknya gugus fungsi hidroksil yang dimilikinya. Selain itu, teh juga mengandung alkaloid kafein yang bersama-sama dengan polifenol teh akan membentuk rasa yang menyegarkan. Beberapa vitamin yang dikandung teh di antaranya adalah vitamin P, vitamin C, vitamin B, dan vitamin A yang walaupun diduga keras menurun aktivitasnya akibat pengolahan masih dapat dimanfaatkan oleh peminumnya. Beberapa jenis mineral juga terkandung dalam teh, terutama fluoride yang dapat memperkuat struktur gigi.
Katekin yang mendominasi ± 20% berat kering teh merupakan substansi utama yang menyebabkan teh memenuhi persyaratan sebagai minuman fungsional. Senyawa ini dikandung lebih banyak pada pucuk tanaman teh ( Camellia sinensis ). Teh hitam lebih sedikit mengandung katekin daripada teh hijau karena dalam proses pengolahannya sengaja mengoksidasi katekin untuk memperbaiki warna, rasa, dan aromanya.
Pucuk teh yang dihasilkan tanaman teh di Indonesia 80% diolah menjadi teh hitam, sedangkan sisanya diolah menjadi teh hijau. Teh hitam terutama diproduksi oleh perkebunan besar negara dan sebagian perkebunan besar swasta, sedangkan teh hijau terutama diproduksi oleh pabrik teh swasta yang menerima pasokan bahan baku dari perkebunan teh rakyat. Sebagian perkebunan besar swasta juga memproduksi teh hijau. Hampir seluruh produksi teh hitam Indonesia diekspor dan sebaliknya hampir seluruh teh hijau dikonsumsi di dalam negeri setelah diolah lanjut menjadi teh wangi. Beberapa tahun terakhir teh hijau pun sudah memasuki pasar ekspor.
Berdasarkan uraian diatas, tampak bahwa teh hijau Indonesia mempunyai potensi yang kuat untuk menjadi minuman fungsional. Bahkan teh hijau dan hitam Indonesia mempunyai kandungan katekin yang lebih tinggi dibandingkan dengan teh dari Jepang maupun Cina.
Tabel 2.1 Katekin pada beberapa jenis teh Indonesia (Bambang et al. , 1995)
Negara Jenis teh Substansi katekin (% b.k.)
Indonesia teh hitam Orthodox 8,24
teh hitam CTC 7,02
teh hijau ekspor 11,60
teh hijau lokal 10,81
teh wangi 9,28
Jepang sencha 5,06
Cina teh oolong 6,73
teh wangi 7,47
Sri Lanka teh hitam BOP 7,39
Proses pengolahan teh akan mempengaruhi keberadaan katekin dalam pucuk teh. Pada pengolahan teh hitam,penurunan katekin sangat nyata terjadi. Penurunan kadar katekin selama pengolahan teh hijau tidak sebanyak yang terjadi pada pengolahan teh hitam. Hal ini dimungkinkan karena sejak awal telah diupayakan inaktivasi ensim oksidasi selama proses pemanasan atau pelayuan.
Upaya menyempurnakan inaktivasi ensim selama pengolahan teh hijau merupakan langkah yang perlu diambil untuk mengantarkan teh hijau Indonesia menjadi minuman fungsional dengan kadar katekin yang tinggi. Pengamatan terhadap beberapa produk teh hijau asal pabrik pengolahan berbahan baku pucuk teh rakyat menunjukkan bahwa kadar katekinnya lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar katekin pucuk teh segar Selain disebabkan oleh inaktivasi ensim yang kurang sempurna, kemungkinan besar rendahnya kadar katekin juga disebabkan mutu bahan bakunya yang kasar (daun tua).
Sebagai minuman fungsional, teh Indonesia yang kaya katekin masih akan menghadapi kendala rasa yang kurang disukai. Teh ini memiliki rasa pahit dan sepet yang menonjol yang membedakannya dengan teh hijau Cina dan Jepang. Rasa pahit dan sepet pada teh hijau Indonesia dapat dikurangi dengan proses pemanasan seperti terjadi pada produk pengolahan teh wangi. Oleh karena itu, walaupun kadar katekin pada teh wangi lebih rendah daripada teh hijau, pasokan katekin dari teh wangi dalam tubuh dapat ditingkatkan dengan konsumsi yang lebih banyak.
 
2. Teh Hijau sebagai Kemoterapi Kanker
Hasil penelitian selama 20 tahun terakhir menunjukkan bahwa senyawa polifenol yang terdapat di dalam teh mampu mengurangi risiko kanker dan penyakit jantung koroner. Seduhan air daun teh (Camellia sinensis), telah dikonsumsi manusia sejak dahulu kala. Teh mengandung banyak senyawa, termasuk campuran berbagai senyawa polifenol yang diyakini memiliki potensi untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah berbagai penyakit. Sesudah air, teh adalah minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh manusia dalam jumlah kira-kira 120 ml per kapita per hari. Ada dua bentuk produk daun teh yang siap untuk dikonsumsi, yakni teh hitam dan teh hijau. Teh hitam paling banyak dikonsumsi (80 persen) sedangkan teh hijau berkisar 20 persen saja.
Berdasarkan kandungan polifenolnya teh hijau jauh lebih berperan untuk mencegah terjadinya kanker dibandingkan polifenol teh hitam. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada binatang percobaan polifenol teh terutama dapat mencegah terjadinya kanker yang ditimbulkan oleh zat-zat kimia (karsinogen) dan kanker kulit karena radiasi sinar ultraviolet.
Penyakit kanker karena zat-zat kimia  dapat dicegah dengan mengkonsumsi teh. Kanker tersebut meliputi kanker paru-paru, lambung, kerongkongan, usus duabelas jari, pankreas, hati, payudara, usus besar dan kulit. Relevansi informasi hasil percobaan pada hewan ini terhadap kesehatan manusia, dapat dikonfirmasi melalui observasi epidemiologis, terutama pada penduduk yang tinggi risiko penyakit kankernya. Umumnya sifat protektif teh hijau terhadap kanker diperankan oleh polifenol utama di dalam teh hijau, yakni EGKG. Di Amerika, ekstrak teh hijau sudah ada yang dimasukkan ke dalam berbagai produk seperti shampo, krim, minuman, kosmetik, es krim dan lain-lain yang tersedia di grosir dan apotik-apotik. 
Konsumsi teh hijau juga dapat mencegah terjadinya kanker melalui peningkatan efek penghambatan tumor dari doxorubicin pada binatang percobaan. Pemberian teh hijau akan menaikkan konsentrasi doxorubicin hanya di dalam jaringan tumor, tetapi tidak di dalam jaringan normal. Polifenol teh hijau umumnya juga akan meningkatkan aktivitas enzim-enzim yang berperan dalam proses detoksifikasi, seperti glutation-S-transferase (GST), yang berfungsi untuk menonaktifkan karsinogen dan mengeluarkannya dari tubuh. Jika fakta ini dapat dibuktikan pada manusia, maka teh hijau mempunyai prospek yang baik sebagai kemoterapi kanker.